Buku "Mary of Nazareth" karangan Marek Halter ini menceritakan tentang Mary, jauh sebelum ia menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel. Cerita dimulai sejak 6 tahun sebelum Masehi, ketika Mary masih tinggal bersama kedua orang tuanya.
"Layaknya sebuah kisah yang mengubah nasib dunia, buku ini mengandung kemegahan sejarah yang ditulis dengan intensitas mengagumkan sampai masuk ke dalam alam pikiran karakter-karakternya. Sebuah epik yang tak boleh dilewatkan."
(Andrea Hirata, Penulis Tetralogi Laskar Pelangi)
Mary di buku ini digambarkan sebagai sosok yang keras kepala, pejuang keadilan, pemberani, dan lembut hati.
Sosok yang berbeda dengan bayanganku selama ini.
Seperti yang dikatakan Andrea Hirata, buku ini ditulis dengan intensitas mengagumkan. Aku sungguh terbawa oleh situasi dan emosi karakter-karakter yang ada di dalamnya.
Menyenangkan tentunya untuk membaca dan menambah wawasan mengenai tokoh penting dalam hidup Yesus tetapi tidak banyak cerita yang bisa kita dapatkan dari Kitab Suci.
Namun, buku ini diakhiri oleh sebuah surat yang dibaca dan diterjemahkan oleh Marek Halter.
Surat itu ditulis oleh Mary, yang mencurahkan pikiran dan perasaannya ketika Yesus disalib.
Dalam surat itu, dikatakan bahwa Yesus tidak wafat di salib, tetapi tidur.
Sebuah pernyataan yang membuatku bertanya-tanya akan kebenarannya.
Aku percaya akan apa yang dituliskan oleh Kitab Suci bahwa Yesus wafat di kayu salib dan bangkit kembali 3 hari kemudian.
Bila buku Marek halter ini adalah kisah fiksi, aku harap ia sebaiknya menuliskan demikian, daripada menciptakan sebuah pertanyaan yang dapat mempengaruhi iman seseorang.
Sep 05, 2010 - review by Wellington:
Making a departure from my non-fiction reading, I picked up a historical novel about the most famous mother of all time.
The story starts out with Miriam and her family struggling to survive the yoke of the tyrannical Roman rule under King Herod. By a freak accident, Miriam's father is set to be crucified. The precocious Miriam boldly sets out to rescue him with the help of a dangerous friend, Barrabas.
It's a crisp book that doesn't weight the soul down with diatribes of heavy handed preaching. OK, there are a couple of them but most of the story focused on Miriam and how she became the Virgin Mary.
At the end, the author tacked on the Gospel of Mary which will never find its way to the Bible that you know because according to her, Jesus faked his death like Juliet. You would think that one of the two people who first found Jesus alive might be the authority on the matter.
Now, the book probably took a lot of liberties to tell the story. But who is to say history has not taken their own liberties?
*Gambar dipinjam dari sini.
No comments:
Post a Comment